Retorika jangan ditanya lagi, putra bangsa yang satu ini bisa di bilang pertama menggeparkan dunia ala indo.... udah untuk lebih jelas, nikmati kisah perjalanannya
6
JUNI 1901 Hari Kamis Pon. Windu Sanjaya. Wuku Wayang di Lawang Seketeng
Surabaya, saat fajar menyingsing lahirlah jabang bayi Koesno yang kelak
akan menjadi Soekarno dan pasangan Ida Ayu Nyoman Rai Sarimben, seorang
putri keturunan Kasta Brahmana dan Banjar Balai Agung Singaraja Bali
dengan Raden Soekemi Sosrodiharjo, Putra Raden Hardjodikromo seorang
tokoh kebatinan di Tulungagung Jawa Timur. Saat kecil, Soekarno diasuh
oleh Mbok Sarinah, sekaligus yang mengajarkan tentang kecintaan kepada
orang tua, rakyatjelata dan sesama manusia.
1915 Tamat EUROPEESCHE LAGERE SCHOOL (ELS) di Mojokerto — Jawa Timur.
10
JUNI 1921 Pelajar Soekarno tamat dan sekolah HOGERE BURGER SCHOOL (HBS)
di Surabaya. Semasa di HBS, ayahnya menitipkan Soekarno di rumah HOS.
Cokroaminoto, Politikus Nasional dan Serikat Islam (SI). Di rumah inilah
Soekarno dapat berkenalan dengan tokoh-tokoh Pergerakan Nasional,
antara lain : Alimin, Muso, Darsono, serta mengenal dunia idea
tokoh-tokoh dunia seperti Thomas Jefferson Jawaharal Nehru, Gladestone,
Mahatma Gandi, Mazzini Jamaluddin Al Afgani, Moh Abduh, dIl.
25
MEl 1926 Soekarno berhasil menyelesaikan studinya di TERHNISCHE HOGE
SCHOOL (THS) Bandung dengan mendapat gelar CIVIEL INGENIEUR (Insinyur
Sipil).
1926
Diawali dengan pertemuan dengan seorang petani bernama Pak Marhaen di
daerah Cigareleng Bandung Selatan dan melalui proses perenungan yang
dalam serta serius, akhirnya Soekarno menemukan konsep Marhaen.
Marhaenis, Marhaenisme sebagai teori perjuangan mencapai kemerdekaan
Indonesia, oleh karenanya Bung Karno disebut sebagai Bapak Marhaenisme.
Menulis artikel tentang Nasionallsme. Islamisme dan Marxisme” dan
bersama-sama kawannya mendirikan “Algemeene Studieclub di Bandung, suatu
perkumpulan yang mempelajari pergerakan politik yang didasarkan pada
paham kebangsaan dan beruratnadikan rakyat jelata.
4
JULI 1927 Ir. Soekarno bersama Mr. Iskaq Tjokrohadisuryo, Dr. Sanusi
Sastrowidagdo, Mr. Budiarto, Mr. Sartono, Mr. Sunaryo dan Ir. Anwari
mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) yang bertujuan mencapai
Indonesia Merdeka. Pada kongres PNI pertama.
27
sampai dengan 30 Mei 1928 di Surabaya, Perserikatan Nasional Indonesia
berubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) dan menerbitkan majalah
Suluh Indonesia.
1928
Ir. Soekarno mengajarkan “Trilogi” perjuangannya yaitu: - National
Geest = Kesadaran Berbangsa - National Will = Kemauan Berbangsa -
National Daad = Tindakan berbangsa.
17
APRIL 1931 Bung Karno menyampaikan pledoinya di hadapan Pengadilan
Kolonial Belanda setelah mengalami 19 kali persidangan selama 4 bulan.
Pembelaan tersebut tetap tidak bisa membebaskan dan segala tuntutan,
maka hakim Kolonial menjatuhkan hukuman 4 tahun penjara di Banceuy dan
kemudian dipindahkan ke penjara Sukamiskin Bandung. Pledoi Bung Karno
kemudian dibukukan dalam “Indonesia Menggugat”.
MARET
1932 Bung Karno menulis nsalah Mencapai Indonesia Merdeka” di
Pengalengan selatan Kota Bandung dalam majalah Fikiran Rakyat.
1
AGUSTUS 1933 Bung Karno ditangkap oleh Polisi Kolonial Belanda di rumah
Moh. Husni Thamrin di Jakarta dan dijebloskan dalam penjara Sukamiskin
selama 4 bulan. 17 FEBRUARI 1934 Bung Karno dibuang ke Ende, di Pulau
Flores selama 4 tahun didampingi Ibu Inggit Garnasih dan putri angkat
Ratna Djuwani serta Ibu Amsi (mertua), berangkat dengan Kapal “Van
Reibeeck”. Di tanah pembuangan Ende-Flores selama 4 tahun ini, Bung
Karno banyak menulis artikel tentang Islam yang ditujukan kepada A.
Hasan, guru ‘Persatuan Islam” di Bandung. Kemudian sebanyak 12 surat
tersebut diterbitkan dengan judul “Surat-Surat Islam dari Ende”.
14
FEBRUARI 1938 Berdasarkan besluit Pemerintah Kolonial Belanda
tertanggal 14 Februari 1938, pembuangan Bung Karno dipindah ke Bengkulu.
Sesampai di Bengkulu. Bung Karno menjadi Ketua Pengajaran Muhamadiyah
Daerah Bengkulu.
9
JULI 1942 Ketika ada tanda-tanda Jepang mendarat, rencananya Bung Karno
akan dilarikan ke Padang, kemudian dibawa lagi ke Australia oleh
Pemerintah Kolonial Belanda. Setelah Jepang mendarat dan berhasil
merebut Bung Karno, maka dikembalikan ke Jakarta tanggal 9 Juli 1942.
Maka berakhirlah masa pembuangan Bung Karno oleh Pemerintah Kolonial
Belanda.
9
MARET 1943 Bung Karno bersama Bung Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan KH Mas
Mansur memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) sebagai sarana taktis
untuk menyusun tenaga dan kekuatan rakyat terlatih dalam merebut
Kemerdekaan dari Jepang.
JUNI 1943 Bung Karno menikah dengan Fatmawati.
I
JUNI 1945 Bung Karno berpidato dalam Sidang Dokuritsu Zyunbi Tjoosakai
atau Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) di gedung
Pejambon Jakarta. Dalam pidato tersebut, Bung Karno mengemukakan gagasan
Philosofiche Gronslaag yang digali dan sosio cultural bangsa sendiri
sebagat dasar Indonesia Merdeka, Sejak itu pula Bung Karno dikenal
sebagai Penggali Pancasila.
8
JUNI 1945 Bung Karno dipilih sebagai Ketua Dokuritsu Zyunbi Iinkai atau
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Atas kewenangannya itu
Bung Karno merubah anggota PPKI dan 21 orang menjadi 27 orang dengan
maksud untuk ingin mengubah lembaga buatan Jepang menjadi lembaga
bersifat Nasional yang mencerminkan perwakilan nusantara.
10
JULI 1945 Bung Karno memimpin sidang panitia kecil BPUPKI ke II
bertempat di rumah Bung Karno untuk menyusun Konstitusi Negara Indonesia
yang kemudian dikenal dengan nama Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
15
AGUSTUS 1945 Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh para pemuda yang
dipimpin oleh Chaerul Saleh dan Adam Malik, dan dilarikan ke
Rengasdengklok untuk didesak segera memproklamasikan Kemerdekaan
Indonesta saat itu juga. Setelah terjadi perdebatan yang cukup
menegangkan dan berakhir dengan persesuaian pendapat, maka Bung Karno
dan Bung Hatta dikembalikan ke Jakarta.
17
AGUSTUS 1945 Bung Karno dan Bung Hatta mewakili seiuruh rakyat
Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia tepat hari Jumat Legi
pukul 10.00 WIB di Gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta dan disiarkan
melalui Kantor Besar Radio Domei. Bendera Merah Putih yang dijahit oleh
Ibu Fatmawati berkibar diiringi lagu “Indonesia Raya”. Sejak hari itu
Bung Karno dan Bung Hatta disebut sebagai “Proklamator Kemerdekaan
Indonesia “. 18 AGUSTUS 1945 PPKI mengangkat Bung Karno dan Bung Hatta
sebagai Presiden dan Wakil Presiden (berdasarkan Aturan Peralihan, pasal
3 UUD 1945) dan dalam melaksanakan jabatannya dibantu oleh Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP).
5
OKTOBER 1945 Dekrit Presiden untuk membentuk angkatan perang. Maka
pemerintah menugaskan kepada Mayor Urip Sumohardjo untuk membentuk Badan
Keamanan Rakyat (BKR) serta mengangkat Sodanco Supriyadi sebagai
Menteri Keamanan Rakyat, namun tidak pernah hadir dan tidak diketahui
keberadaannya.
4
JANUARI 1946 Pada akhir Desember 1945, tentara Belanda memasuki
Jakarta, maka Bung Karno dan Bung Hatta secara rahasia berangkat dari
Jakarta ke Jogjakarta dengan naik kereta pada malam hari (belakang rumah
Bung Karno ada rel kereta api) dengan dasar pertimbangan bahwa resiko
mempertahankan pusat pemerintahan terlalu besar, maka diputuskan pusat
pemerintahan dipindah ke Jogjakarta. 18 SEPTEMBER 1948 Pemberontakan PKI
meletus di Madiun dibawah pimpinan Muso yang ingin mendirikan
Pemerintahan Komunis Sovyet di Indonesia, maka Bung Karno menyerukan
kepada masyarakat melalui radio untuk memilih pemimpinnya “Soekarno —
Hatta atau Muso dan PKI-nya”. Akhirnya rakyat menjatuhkan pilihannya
kepada Soekarno — Hatta. Selanjutnya pada bulan Oktober 1948 Divisi
Siliwangi di bawah pimpinan AH Nasution berhasil memadamkan
pemberontakan dan Muso mati dalam pertempuran kecil.
19 DESEMBER 1948 Agresi Militer Belanda ke II, Jogjakarta diduduki Belanda.
22
Desember 1948 pukul 07.00, Kolonel Van Langen menangkap Bung Karno, H.
Agus Salim dan Sutan Syahril dibawa ke Medan. sedangkan Bung Hatta, Mr.
Moh. Roem, Mr. All Sastro Amijoyo, Mr Gafar Pringgodikdo, Mr. Assaat dan
Komodor Suria Darma dilarikan ke Bangka. Dalam perjalanan dari Istana
Jogjakarta sampai ke Prapat (Sumatera Utara), Bung Karno mengalami tiga
kali usaha pembunuhan terhadap dirinya, yaitu: • Menurut pengakuan
Kapten Vosfeiet, sopir Jeep yang diperintah oleh Jenderal Spoor,
Panglima Besar tentara Belanda: “DaIam perjalanan dan Istana menuju
Maguwo, Bung Karno dinaikkan jeep terbuka. tanpa borgol dan berjalan
pelan”, dimaksudkan agar Bung Karno punya kesempatan melarikan diri dan
akan ditembak mati. “ • Menurut pengakuan Mr Yoseph Marie Antoim Habert
Luns, mantan Menten Luar Negeni Belanda dan Sekjen NATO: “Dalam
perjalanan udara dari Maguwo ke Medan, Bung Karno akan dibunuh dengan
cara dilemparkan dari kapal udara • Kesaksian juru masak (perempuan)
para tawanan Brastagi mendapat perintah dari opsir bahwa besok pagi
tidak perlu memasak untuk para tawanan, sebab besok pagi Bung Karno dan
teman-temannya akan menjalani eksekusi tembak mati. Karena Belanda
menganggap bahwa untuk menghancurkan Republik Indonesia harus
melenyapkan Soekarno lebih dahulu. Malam harinya rakyat Brastagi
menyusun gerilya untuk membebaskan Bung Karno, tapi upaya tersebut sudah
diketahui oleh tentara Belanda, maka Bung Karno dibawa lari oleh Algojo
Belanda menuju Prapat.
6
JULI 1949 Bung Karno dan pemimpin lainnya dikembalikan oleh Belanda ke
Jogjakarta setelah melalui perjanjian ‘Roem — Royen Statements’
28
DESEMBER 1949 Bung Karno bersama rombongan kembali ke Jakarta dengan 2
pesawat Dakota (yang salah satunya merupakan sumbangan rakyat Aceh),
mendarat di Kemayoran sekitar pukul 11.30 WIB. dengan diiringi bendera
asli proklamasi. Rombongan menuju Istana Negara dan mulai saat itu Ibu
Kota kembali ke Jakarta.
7 JULI 1953 Bung Karno menikah dengan Ibu Hartini.
18
APRIL 1955 Bung Karno menyampaikan pidato pembukaan Konferensi Asia
Afrika ke I di Bandung dengan judul Asia Baru dan Afrika Baru”.
JULI 1955 Bung Karno naik Haji ke Tanah Suci.
21
FEBRUARI 1957 Pidato Presiden di Istana Negara tentang Konsepsi yang
menolak demokrasi liberal karena melahirkan tirani minoritas dan
mayoritas, yang dikehendaki adalah demokrasi terpimpin oleh nilai-nilai
yang berakar pada masyarakat Indonesia. Ekses dan sikap politik
tersebut, dan kelompok reaksioner mengadakan upaya pembunuhan terhadap
Bung Karno dengan cara penembakan di Hari Raya Idul Adha dan geranat
meledak di Cikini.
30
SEPTEMBER 1960 Bung Karno pidato di depan Sidang Umum PBB di New York —
Amerika Serikat dalam judul “To Build The World A New” yang menawarkan
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar piagam PBB.
19
DESEMBER 1961 Presiden Soekarno memberikan Komando Pembebasan lrian
Barat yang dikenal dengan nama “Tri Komando Rakyat” (Trikora) pada rapat
umum di Jogjakarta yang berisikan: 1. Gagalkan pembentukan Negara
“Papua” bikinan Kolonial Belanda. 2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian
Barat 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum. Atas komando tersebut,
wilayah Irian Barat yang mempunyai luas beberapa kali Pulau Jawa dalam
waktu 1 tahun, 4 bulan, 13 hari sudah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
3 MARET 1962 Menikah dengan Ratna Sari Dewi, (Naoko Nemoto).
3 MEI 1964 Komando Dwi Kora.
11 MARET 1966 Presiden Soekarno memberikan perintah (Supersemar) kepada menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral Soeharto
untuk: 1. Mengambil segera tindakan yang dianggap perlu untuk
terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya
pemerintahan dan kewibawaan pimpinan, Presiden /Panglima Tertinggi
/Pimpinan Besar Revolusi /Mandataris MPR, untuk keutuhan bangsa dan
negara Republik Indonesia dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran
Pemimpin Besar Revolusi. 2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan pemerintah
dengan Panglima Angkatan lainnya dengan sebaik-baiknya. 3. Supaya
melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung
jawab seperti tersebut di atas.
7
MARET 1967 Kekuasaan Pemerintahan Bung Karno dipreteli oleh Tap. MPRS
No. XXXIII / MPRS / 1967, secara hukum TAP tersebut mempunyat kelemahan
yang serius, karena seseorang yang belum atau ttdak terbukti
kesalahannya tetapi hak-haknya dicabut dan tidak dikembalikan. Ironis,
seorang Bapak yang menghabiskan waktunya dan mempertaruhkan seluruh
hidupnya bagi kemerdekaan bangsanya, harus mengakhiri hidupnya di
Tahanan Negara oleh bangsanya sendiri.
21
JUNI 1970 Han Minggu Pahing pukul 19.00 Bung Karno menghembuskan
nafasnya yang terakhir di RS Gatot Subroto, setelah sekian lama
mendenita sakit dan dikarantina di Wisma Yaso. “Innalillahi Wainna
Illaihi Roji’un”. Telah pulang Bapak Bangsa Indonesia ke Rahmatullah dan
kini tugas kita semua menjaga negeri ini selama-lamanya.
0 komentar:
Posting Komentar