Milan Kundera, “maka
tak lama setelah itu bangsa tersebut akan mulai melupakan apa yang
terjadi sekarang dan pada masa lampau, akan benar-benar mewujud.”
Bismillah
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.
Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.
Jika anda terkagum-kagum dengan penggambaran
perang yang ketat antara Balian of Ibelin melawan Shalahudin Al-Ayyubi
di film Kingdom of Heaven, maka perang antara Constantine XI Paleologus
dengan Muhammad Al-Fatih jauh lebih ketat, tidak hanya dalam hitungan
hari tapi berminggu-minggu. Sultan muda dari kerajaan Turki Ustmani ini
berhasil menuntaskan amanat Rasul sekaligus mimpi umat Islam selama
delapan abad.
Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di
Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika
berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481). Beliau
merupakan seorang negarawan ulung dan panglima tentera agung yang
memimpin sendiri 25 peperangan. Di dalam bidang akademik pula, Beliau
adalah seorang cendekiawan ulung di zamannya yang fasih bertutur dalam 7
bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan
Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat
Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481
karena sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium
Romawi Barat di Roma, Italia.Beliau menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan menaklukkan KONSTANTINOPEL di saat beliau berumur 21 tahun ..Allahu Akbar…. Beliau merupakan seorang negarawan ulung dan panglima tentara agung yang memimpin sendiri 25 peperangan. Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu’ setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dari Dinasti Mamluk dalam peperangan di ‘Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol)
Upaya pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668 M, namun gagal dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra. gugur. Sebelumnya Abu Ayyub sempat berwasiat jika ia wafat meminta dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim karena ingin mendengarkan derap langkah kuda sebaik2 pemimpin di zamannya. Dan para sahabatnya berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di wilayah Golden Horn.
Generasi berikutnya, baik dari Bani Umayyah maupun Kekhalifahan Abbasiyah hingga zaman Turki Utsmani di masa Sultan Murad II juga gagal menaklukan Konstantinopel. Salah satu peperangan Murad II adalah melawan Vlad Dracul, seorang tokoh Crusader yang bengis dan sadis yang telah membunuh ratusan ribu muslimin (Dracula karya Bram Stoker adalah terinsipirasi dari tokoh ini). Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, hingga anak Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Utsmani. Sejak Sultan Murad I, Turki Utsmani dibangun dengan kemiliteran yang canggih, salah satunya adalah dengan dibentuknya pasukan khusus yang disebut dengan Yanisari/Janissari. Dengan pasukan militernya turki Utsmani menguasai sekeliling Byzantium/Konstantinopel hingga Constantine XI merasa terancam, walaupun benteng yang melindungi -bahkan 2-3 lapis- seluruh kota sangat sulit ditembus. Constantine pun meminta bantuan ke Roma, namun konflik gereja yang terjadi tidak bisa banyak membantu.
Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha(http://en.wikipedia.org/wiki/Pasha) merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu- Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.
Kota dengan benteng >10m tersebut memang
sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit
7m. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua
lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus
berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur
armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah
dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak
bisa lewat.
29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari. Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.
Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong
berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi
perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen
karena mereka(penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang
harus dilindungi karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat
perjanjian), dan musta’man(yang dilindungi seperti pedagang antar
negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus diperangi).
Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya).
Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap
sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari
nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota,
membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak ada perbedaan
terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah
sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan
mencari nafkah di sana. Dan kini Hagia Sophia sudah berubah menjadi
museum.
Basoka termodern Pada waktu Itu
sebaik-baiknya pemimpin dan prajurit
Puncak Kekhalifahan Turki Utsmani dan Lambang Kekhalifahan
sumber : id.wikipedia.org
http://bukitbarisan.wordpress.com/2009/12/29/kisah-penaklukan-konstantinopel-1453-m-dan-terbunuhnya-dracula-1476-m/
0 komentar:
Posting Komentar